Assalamualaikum wbt .
Alhamdulillah syukur Allah SWT masih mengizinkan lagi kita menghirup
udara milik Nya dgn percuma tanpa dikenakan bayaran sedikit pun.
Bayangkan sekiranya kita dituntut utk membayar setiap nafas rm0.10 ,
betapa kita tak akan mampu membayar nya sepanjang hidup kita.
Itulah nikmat Allah SWT yg tak terhitung jika kita hendak mengiranya.
Apapun , hari ini kita akan membincangkan topik " Marah " .
Sebelum kita berbincang lebih lanjut , sama2 kita renung satu hadis mengenai marah :
" Siapa yang menahan marah, padahal ia boleh melepaskan kemarahannya,
maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian
makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya." (HR. Abu
Dawud - At-Tirmidzi)
Tingkat kekuatan seseorang dalam
menghadapi kesulitan hidup memang berbeza. Ada yang mampu menghadapi
kesusahan dengan perasaan tenang. Namun, ada pula orang yang menghadapi
persoalan kecil saja dianggapnya begitu besar. Semuanya bergantung pada
kekuatan keimananan seseorang.
Pada dasarnya, tabiat manusia
yang berbagai: keras dan tenang, cepat dan lambat, bersih dan kotor,
berhubungan erat dengan keteguhan dan kesabarannya berinteraksi dengan
orang lain. Orang yang memiliki keteguhan iman akan menghadapi orang
lain dengan sikap pemaaf, tenang,dan lapang dada.
Adakalanya,
kita merasa begitu marah dengan seseorang yang menghina diri kita.
Kemarahan kita begitu memuncak seolah jiwa kita hilang sedar. Kita
merasa tidak mampu menerima penghinaan itu. Kecuali, dengan marah atau
bahkan dengan cara menumpahkan darah. Na'udzubillah .
Menurut
riwayat, ada seorang Badwi datang menghadap Nabi saw. Dengan maksud
ingin meminta sesuatu pada beliau. Beliau memberinya, lalu bersabda,
"Aku berbuat baik padamu."
Badwi itu berkata, "Pemberianmu
tidak bagus." Para sahabat merasa tersinggung, lalu ngerumuninya dengan
kemarahan. Namun, Nabi memberi isyarat agar mereka bersabar.
Kemudian, Nabi saw. pulang ke rumah. Nabi kembali dengan membawa Barang
tambahan untuk diberikan ke Badwi. Nabi bersabda pada Badwi itu, "Aku
berbuat baik padamu?"
Badwi itu berkata, "Ya, semoga Allah membalas kebaikan Tuan, keluarga dan kerabat."
Keesokan harinya, Rasulullah saw. bersabda kepada para sahabat,
"Nah,kalau pada waktu Badwi itu berkata yang sekasar engkau dengar,
kemudian engkau tidak bersabar lalu membunuhnya. Maka, ia pasti masuk
neraka. Namun, karena saya layan dengan baik, maka ia selamat."
Beberapa hari setelah itu, si Badwi mau diperintah untuk melaksanakan
tugas penting yang berat sekalipun. Dia juga turut dalam medan jihad dan
melaksanakan tugasnya dengan taat dan redha.
Rasulullah saw
memberikan contoh kepada kita tentang berlapang dada. Ia tidak panik
menghadapi kekasaran seorang Badwi yang memang demikianlah sikapnya.
Kalau pun saat itu, dilakukan hukuman terhadap si Badwi, tentu hal itu
bukan kezaliman. Namun, Rasulullah saw. tidak berbuat demikian.
Beliau tetap sabar menghadapinya dan memberikan sikap yang ramah dan
lemah lembut. Pada saat itulah, baginda ingin menunjukkan pada kita
bahwa kesabaran dan lapang dada lebih tinggi nilainya daripada harta
benda apa pun.
Adakalanya, Rasulullah saw. juga marah. Namun,
marahnya tidak melampaui batas kemuliaan. Itu pun ia lakukan bukan
karena masalah pribadi melainkan karena kehormatan agama Allah.
Rasulullah saw. bersabda, "Memaki-maki orang muslim adalah fasik
(dosa),dan memeranginya adalah kufur (keluar dari Islam)." (HR.Bukhari)
Sabdanya pula, "Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi)
Seorang yang mampu mengawal nafsu ketika marahnya memuncak, dan mampu
menahan diri di kala mendapat ejekan, maka orang seperti inilah yang
diharapkan menghasilkan kebaikan dan kebajikan bagi dirinya maupun
masyarakatnya.
Seorang hakim yang tidak mampu menahan marahnya, tidak akan mampu memutuskan perkara dengan adil.
Dan, seorang pemimpin yang mudah tersalut nafsu marahnya, tidak akan
mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Lalu ia akan sentiasa
menimbulkan sikap permusuhan dalam masyarakatnya.
Begitu juga
pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Mereka tidak
akan mampu melayarkan bahtera hidup. Karena, masing-masing tidak mampu
memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagi orang
yang imannya telah tumbuh dengan subur dalam dadanya. Maka, tumbuh pula
sifat-sifat jiwa besarnya. Subur pula rasa kesedaran dan kemurahan
hatinya.
Kesabarannya pun bertambah besar dalam menghadapi
sesuatu masalah. Tidak mudah memarahi seseorang yang bersalah dengan
begitu saja, sekalipun telah menjadi haknya.
Orang yang demikian, akan mampu menguasai dirinya, menahan amarahnya, mengekang lidahnya dari pembicaraan yang tidak patut.
Wajib baginya,melatih diri dengan cara membersihkan dirinya dari
penyakit-penyakit hati.Seperti, ujub dan takabur, riak, sum'ah, dusta,
mengumpat dan lain sebagainya.
Dan menyertainya dengan amalan-amalan ibadah dan ketaatan kepada Allah, demi meningkatkan darjat yang tinggi di sisi Allah swt.
Dari Abdullah bin Shamit, Rasulullah saw. bersabda, "Apakah tiada lebih
baik saya memberitahu tentang sesuatu yang dengannya Allah meninggikan
gedung-gedung dan mengangkat derajat seseorang?" Para sahabat menjawab,
"Baik, ya Rasulullah.
Rasulullah saw bersabda, "Berlapang
dadalah kamu terhadap orang yang membodohi kamu. Engkau suka memberi
maaf kepada orang yang telah menganiaya kamu. Engkau suka memberi kepada
orang yang tidak pernah memberikan sesuatu kepadamu. Dan, engkau mau
bersilaturahim kepada orang yang telah memutuskan hubungan dengan
engkau." (HR. Thabrani)
Semoga kita beroleh sedikit pengajaran iktibar dgn perkongsian ini. Sama2 kita amalkan dan sampaikan kepada sahabat2 yg lain.
#copypaste Usrah InDaHnYa berPurdah ~
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment